KISAH PENCARI ILMU YANG SEJATI
Pada suatu hari Baqi’ bin Makhlad
melakukan perjalanan dari Andalus menuju Baghdad dengan berjalan kaki, melewati
daratan, lautan, serta gunung – gunung. Ketika itu umur beliau baru 20 tahun.
Tujuan beliau melakukan perjalanan tersebut adalah untuk bertemu dengan Al-Imam
Ahmad bin Hambal dan menuntut ilmu darinya.
Tatkala
beliau mendekati Kota Baghdad ternyata sampai kepadanya kabar tentang ujian
yang menimpa Al-Imam Ahmad bin Hambal, dikarenakan beliau tidak mau berpendapat
bahwa Al Qur’an adalah makhluq, sampai pula kabar bahwa Al-Imam Ahmad dilarang untuk
mengajar dan mengadakan perkumpulan (pengajian), beliau dipaksa untuk tinggal
di rumahnya.
Kemudian
Baqi’ berkata : “Akupun bersedih dengan kesedihan yang sangat karena hal
itu. “ Akan tetapi Baqi' tetap meneruskan perjalanannya, setibanya beliau
di Baghdad beliau meletakkan perbekalannya dan pergi menuju masjid Al Kabir
(Masjid Agung) yang ada di Baghdad, kemudian beliau pergi mencari rumah Imam
Ahmad, maka ditunjukkanlah kepada beliau rumah Imam Ahmad, kemudian beliau
mengetuk pintu rumah dan Imam Ahmad pun membukanya. Baqi’ berkata kepada Imam
Ahmad : “Aku adalah orang yang asing di negeri ini dan ingin mencari ilmu,
tidaklah aku melakukan perjalanan ini kecuali kepadamu.” Kemudian Imam
Ahmad bertanya : “Di manakah tempat tinggalmu?” Baqi’ menjawab : “Di
Barat jauh, aku mangarungi lautan dari negriku menuju ke Afrika.” Imam
Ahmad berkata : “Sesungguhnya tempat tinggalmu jauh sekali, dan aku ingin
membantumu akan tetapi keaadaanku seperti ini, (sedang diuji dan ditahan
dirumahku).” Maka Baqi’ berkata : “Wahai Abu Abdillah (kunyah Imam
Ahmad) … aku adalah orang yang asing, tidak ada satupun dari orang Baghdad yang
menganaliku, jika engkau mau aku akan datang kepadamu setiap hari akan tetapi
dalam bentuk seorang pengemis, kemudian aku ketuk pintu rumahmu aku meminta
shadaqah, kemudian engkau membacakan kepadaku walaupu satu hadits dalam
sehari.” Maka Imam Ahmad berkata : “Baiklah … Engkau boleh seperti itu tetapi
dengan syarat engkau tidak menceritakan keadaanmu itu kepada Ashhabul Hadits (para
pencari hadits) yang lain, karena nanti mereka akan iri kepadamu”
Maka Baqi’
berkata : “Aku bawa sebatang kayu di tanganku dan aku balut kepalaku dengan
kain kemudian aku masukkan kertas dan penaku di kantong bajuku, kemudian aku
pergi menuju rumah Imam Ahmad dan mengetuk pintu rumahnya dan berteriak
(meminta shadaqoh) “Shadaqah rahimakumullah !!!” maka kemudian Imam
Ahmad keluar menemuiku dan memasukkanku ke rumahnya dan mengunci pintu rumah,
kemudian membacakan kepadaku dua atau tiga hadits sehingga terkumpul padaku 300
hadits."
Kemudian
suatu hari Allah menghilangkan ujian yang menimpa Imam Ahmad dan diizinkannya beliau
untuk mengajar dan mengadakan pengajian-pengajian. Maka, apabila aku datang di
pengajiannya beliau, maka beliau memerintahkan untuk meluaskan tempat duduk
untukku dan mendudukkanku di sampingnya dan berkata kepada muridnya : “Ini
adalah seorang yang pantas dikatakan “Talibul Ilmu” penuntut ilmu agama yang
sebenarnya.” Kemudian beliau menceritakan kisahku kepada mereka………
Dinukil dari Kitab Waratstul Anbiya’
Karya asy syaikh Abdul Malik bin Muhammad
Qasim
Hal. 63 – 64
Demikianlah... dengan kepayahan
dan rintangan serta semangat yang besar barulah seseorang dikatakan sebagai THALABUL
IMLI (Penuntut Ilmu yang sebenarnya). Lantas bagaimana dengan kita yang
setiap harinya bermegah – megahan dengan dunia, yang menurunkan kesemangatan
dalam menuntut ilmu………… ??? Kita mengharap dari Allah ta’ala.